Minggu, 30 Maret 2014

Kerawang Gayo di Aceh Tengah


KERAWANG GAYO JATI DIRI "URANG GAYO"
Kerawang Gayo merupakan salah satu wujud seni sulaman tradisional. Dahulu kerajinan sulaman tersebut dikerjakan oleh pengrajin secara amatiran, dan pada umumnya berkembang di lingkungan keluarga-keluarga tertentu saja. Biasanya keterampilan menjahit kerawang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya (Fadhillah, 1991:1). Senada dengan yang dikemukakan Djapri Basri (1982:15) menjelaskan tentang organisasi dan pemerintahan kampung (desa). Dimana dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo terdapat perbedaan prilaku antara golongan, keempat golongan itu antara lain reje, petue, imem dan rakyat. Ketiga golongan ini sangat berpengaruh dalam masyarakat dengan status sosial dan penghargaan rakyat yang tinggi. Kemudian dari ketiga golongan ini dalam penggunaan pakaian yang mana dalam upacara adat tertentu warna pakaian menentukan kedudukan sosial, seperti reje yang berpakaian warna kuning.
            Sebutan kerawang Gayo merupakan sebutan untuk jenis sulaman yang terdapat pada kain  kerawang sendiri, sedangkan yang terdapat pada rumah adat disebut ukiren, pada tikar biasa dibuat pada benda-benda yang disebut belintem, sentong, dan tape. Pada dasarnya ketiga benda  ini memiliki makna yang sama dari motif-motifnya,  hanya saja penempatan dan penggunaannya yang membedakan. 
            Kerawang Gayo merupakan hasil kreasi masyarakat Gayo yang dipakai dalam acara adat-istiadat Gayo, seperti acara perkawinan, khitan, turun kesawah, hari-hari besar keagamaan dan lain-lain. Jenis ukiren terdapat pada rumah tradisional Gayo, dimana ukiran ini bisa dilihat pada bagian-bagian rumah adat atau rumah tradisional Gayo. Motif-motif pada rumah adat tersebut dibuat dengan teknik pahat, teknik pahat sendiri termasuk dalam katagori karya seni kriya pada kayu. Semua motif yang terdapat pada ukiran rumah adat tersebut mengandung unsur Islam, berbeda dengan ukiran yang tidak mengandung unsur Islam seperti yang terdapat pada rumah adat suku Simalungun yang memiliki ukiran motif manusia dan hewan, ini berfungsi sebagai pelindung atau menjatuhkan hukuman kepada orang yang bersalah secara gaib, pada bagian tiang-tiang dipahat berupa simbol-simbol pertanggalan (Agus Budi Wibowo, 2011: 12). Sedangkan pada ukiran maupun motif pada kain kerawang dilarang menggunakan motif manusia dan hewan, hal ini disebabkan larangan berdasarkan ajaran Islam dimana motif tersebut dianggap memiliki unsur syirik.
Benda lainya yaitu blintem, sentong, dan tape yang merupakan hasil kreasi masyarakat yang sudah ada sejak masyarakat Gayo bemukim Gayo, belintem atau tikar merupakan barang anyaman yang dibuat dari tumbuhan air yang disebut kertan (sebutan untuk orang Gayo), motif pada blintem sendiri sama dengan motif kerawang Gayo hanya saja bentuknya dibuat pertikal dan horizontal. Selain blintem masih ada benda anyaman lainnya, minsalnya sering disebut tape dan sentong semua ini merupakan benda-benda untuk upacara adat.  Rida Safuan Selfian (2011:25) mengemukakan, salah satu kerajinan tradisional suku Gayo adalah kerajinan menganyam tikar hias dan kantong hias untuk keperluan adat seperti perkawinan, kelahiran dan khitan. Bahan baku yang berasal dari tumbuhan rumput air yaitu cike, benyet dan kertan (dalam bahasa Gayo). kerajinan ini sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Gayo terutama kaum ibu-ibu di pedesaan untuk mengisi waktu luang sehabis pulang dari sawah atau berkebun.
            Dari bentuk motif-motif kerawang Gayo dapat digolongkan sebagai jahitan yang mirip dengan renda, sebab dikerjakan langsung diatas bahan yang masih polos, tanpa terlebih dahulu harus digambarkan dengan ragam hias. Lukisan yang biasanya berbentuk simetris, terlebih dahulu dilukis dengan menggunakan kapur, ditempelkan pada permukaan kain (nlukis ) sebagai patron lalu mengikuti garis-garisnya (Hatta Hasan Aman Asnah, 1996:267). Cara lain pembuatan kerawang Gayo bisa dengan menggunakan cara sulam yaitu dengan menggunakan jarum kail dengan menggunakan teknik tabour, yaitu jarum menembus bahan kain yang terentang kencang dalam bingkai kayu bulat dan mengangkat benang yang ada di bawahnya. Cara lain benang dijahit rantai terlebih dahulu, baru kemudian ditindih atau diikat pada permukaan kain. Besar kemungkinan sulaman dengan teknik tabour diperaktekkan oleh kaum pria pada awal abad ke-20. Usai menjalankan tugas-tugas di luar rumah, kaum pria yang telah berkeluarga berkumpul di Mersah (Meunasah), yaitu tempat pertemuan laki-laki untuk menyulam atau menjahit (Barbara Leigh, 1988:134).

Note: SKRIPSI "PERKEMBANGAN KERAWANG GAYO DI ACEH TENGAH PRIODE 1904-2012"
Oleh : SUFANDI ISWANTO

1 komentar:

  1. Dovo's 'Titanium' Tribute - Titsanium - Titsanium Arts
    “Titanium' Tribute” is one of titanium jewelry piercing the most popular albums from this rock band, which went nano titanium ionic straightening iron on to properties of titanium become a ford focus titanium hatchback major force in the rock band for more than titanium eyeglasses twenty

    BalasHapus